"Welcome to Hole of Nightmare, dear... Oh, you can't get out of this place, don't you? That's sounds great for me..."

Selasa, 29 Desember 2009

Forbidden Love (Alice X Yukiji) Chapter 2: Forbidden Love Between Us

Title: Forbidden Love
Rating: M! (tapi kalau ada yang anak-anak dibawah umur ingin membacanya, silahkan saja)
Author: Alice Springfield
Author's note: Untuk membuat cerita ini makin menyentuh, silahkan dengarkan lagu Everytime You Kissed Me - Emily Bindinger. Jangan lupa untuk di-repeat.

“Kalau iya, aku tak akan ragu-ragu melakukannya untukmu…”, katanya sambil mengadah dagu Alice dan menatapnya dengan tatapan serius. Alice pun tecenggang. Semua kata itu terus terngiang dibenaknya. Alice benar-benar memerah, ia menatap Yukiji kembali dan tersenyum.
".....lakukanlah... apapun yang ingin kau lakukan padaku....", Alice menunjukkan senyum paling terbaik dan segera memeluk Yukiji. Kemudian ia mencium bibir Yukiji dengan lembut. Yukiji hanya terdiam, ia membuka kemeja yang tadi ia kenakan, dan melemparnya entah kemana. Perlahan tapi pasti, Yukiji mengelus kedua belah pipi Alice dengan lembut. Kemudian ia memberikan Alice frenchkiss yang tidak bernafsu seperti tadi, tangan nya perlahan membuka resleting pakaian Alice yang ada dibelakang. Selesai itu, ia melepaskan Alice dari pakaian tidur yang tadi dikenakan olehnya. Sayup-sayup, Alice mulai mendesah pelan.
"ngh....ngah... yukiji...kun....", desahnya. Yukiji mendengar hal itu dengan jelas, tapi ia malah tidak mau berhenti dan makin merajalela. Mereka saling melumat, air liur mereka menetes dan menyatu. Malam itu begitu indah, ruangan ini disinari oleh cahaya rembulan dan langit-langit dihiasi dengan kerlap kerlip bintang. Waktu yang tepat, dan suasana begitu romantis. Selesai membuka pakaian Alice, kini tubuh Alice yang mungil hanya ditutupi oleh pakaian dalamnya saja. Gaun tidur Alice dilempar entah kemana. Mereka saling memerah dan terengah-engah. Alice mencoba mengambil napas sejenak.
"Yu...yukiji....", kata Alice. Ia memegangi pipi Yukiji dengan lembut, dan tersenyum. Kemudian, ia melanjutkan perkataannya.
"Tuan Putri... Kau terlihat begitu sempurna dimataku...", bisik Yukiji dengan lembut di telinga kiri Alice, ia segera menjilatnya dan menggigitnya perlahan. Hal itu membuat Alice berkeringat dan merasa geli.
"yu...yukiji...ng...ah..~", Alice mulai mendesah kembali. Hal ini membuat Yukiji semakin ingin merajalela seluruh tubuh Alice. Kali ini giliran telinga kanan Alice. Setelah itu, Yukiji mencium bibir Alice dengan amat agresif. Tangan kirinya mulai turun dan uhukmerabauhuk tubuh Alice. Lama kelamaan, ciuman itu menurun ke bagian leher. Seluruh bagian dari leher Alice dijilati dan dicium oleh Yukiji tanpa rasa ampun.
"Kau mau berhenti?", Yukiji mengelus pipi Alice. Ia mulai meyakinkan Alice lagi, takut-takut Alice akan trauma dan dia akan dibenci.
"Ti...tidak... kumohon... jangan...berhenti...", keringat mulai menetes di tubuh Alice. Yukiji makin merasa iba melakukannya. Memang, ini adalah kemauan mereka berdua, tapi.. ini seperti.. Cinta terlarang antar Majikan dan Servantnya.
"Ta-tapi... Bagaimana kalau...", Yukiji mulai merasa tidak enak pada Alice yang seperti terlihat begitu menderita. Ia tak ingin, kalau Alice akan marah dan tidak mencintainya lagi sepenuh hati. Alice segera menghentikan perkataan Yukiji, ia mencium Yukiji dengan lembut dan penuh perasaan cintanya.
"Mengerti? Apapun yang terjadi... aku akan tetap mencintaimu...", katanya sambil menunjukkan tatapan penuh arti dari mata Green Emeraldnya, menatap mata Blue Shappire milik Yukiji.
"...........terimakasih, Putri...", Yukiji mulai kembali melanjutkan ‘kegiatan’ ini. Ia diam-diam membuka pakaian dalam Alice [singkat kata: bra dan celana dalam]. Yukiji sekali lagi memberi frenchkiss pada Alice. Mereka saling melumat satu sama lain, ciuman ini tak terhentikan. Lama-kelamaan ciuman ini mulai menurun ke bagian tengah. Yukiji meng-grep-grep dada Alice berkali-kali, menciumnya, dan menggigitnya perlahan. Wajar saja apabila Alice mengerang kesakitan akan hal ini.
"He..hentikan...ah...Yu..yukiji...", desah Alice yang mulai mengerang kesakitan itu. Keringat mengucur disekujur tubuhnya, ia tak tahan dengan kegelian yang dirasakan. Untuk menghilangkan rasa geli itu, Alice memeluk Yukiji erat-erat. Yukiji yang mendengar itu segera berhenti dan memeluk Alice.
"Maaf...aku membuatmu kesakitan ya...", katanya dengan nada menyesal. Yukiji benar-benar menyesali perbuatannya. Alice tersenyum pada Yukiji yang memeluknya saat ini.
"Sudahlah... lagipula, aku lumayan menikmatinya... Aku akan senang apabila kau mau melanjutkannya.. untukku...", katanya sambil melepaskan pelukan itu. Kemudian, Alice mencium bibir Yukiji sekali lagi dengan lembut, lalu menatap wajahnya.
"Alice.... terimakasih ya...", Yukiji memeluk Alice dan membaringkannya kembali. Setelah puas dengan bagian tengah, ia mulai melirik bagian benda 'terlarang' milik Alice.
"Hei, Nona... tak apa kalau kita melakukan 'ini'?", tanya Yukiji sambil menatap Alice dengan tatapan serius kembali. Alice segera tersenyum, kemudian ia menganggukkan kepalanya.
"........si...silahkan....", katanya dengan terbata-bata. Yukiji merasa tidak adil kalau hanya Alice yang tak memakai apa-apa saat ini. Akhirnya, tanpa komando lagi Yukiji juga membuka celananya. Kemudian, Yukiji segera melakukan hal 'ini' pada Alice. Alice hanya dapat menatap langit-langit diatas, ia menahan rasa sakitnya dengan memeluk Yukiji erat-erat.
"argh....h...hh....hh....", Yukiji sangat berkeringat. Begitupula dengan Alice.
"ngah....hh....hh....hhh.....", desah Alice yang sudah mulai berkeringat lebih deras daripada sebelumnya. Yukiji terus melanjutkan 'ini', ia mendekat dan mencium bibir Alice dengan agresif. Alice membuka sedikit mulutnya, mereka saling melumat. Air liur mengalir dan tak dapat dihentikan lagi. Setelah lama, akhirnya mereka sama-sama orgasm. Yukiji menyudahi kegiatan ini.
"argh...... hh...hh..hh.. Ini.. benar-benar melelahkan...", kata Yukiji sambil berbaring di sebelah Alice. Keringat masih mengucur, membasahi badannya.
"hh....hh...hh.... yah... tapi, ini benar-benar menyenangkan...", Alice memerah dan segera tersenyum pada Yukiji yang ada disampingnya. Yukiji segera bangun dan memakai pakaiannya lagi, Alice juga memakai pakaiannya kembali. Ia senang dapat melakukannya bersama Alice. Selesai memakainya, ia akan kembali ke kamarnya.
"Nah, sekarang kau tidurlah...Selamat tidur, tuan Putri...", Yukiji memberi kecupan selamat tidur pada 'Tuan Putri' Alice. Dan ia tersenyum ramah.

Kesenangan itu tidak berlangsung lama..

Saat akan membuka pintu, didepan pintu itu sudah ada seorang wanita sedang berdiri di pintu itu. Dia tampak sangat marah dan geram. Rambut berwarna silver dan mata berwarna blue crimson itu menatap dengan tatapan marah bercampur kesal. Ia adalah Echo Vii Springfield, kakak dari Alice Springfield.
“Apa saja yang kalian lakukan daritadi… ?", kata Echo dengan lantang. Oh tidak.. Alice dan Yukiji dalam tingkat bahaya. Kemungkinan besar, mereka bisa dihukum oleh Echo, karena dialah yang berkuasa.
"Besok, kalian berdua... Datang ke Ruang Rapat... Kalian harus kuberi hukuman.", Echo memutar badannya dan keluar dari kamar itu. Seketika ruangan itu hening.

-----------------------------TO BE CONTINUED-----------------------------

0 komentar:

Posting Komentar