"Welcome to Hole of Nightmare, dear... Oh, you can't get out of this place, don't you? That's sounds great for me..."

Kamis, 31 Desember 2009

Forbidden Love (Alice X Yukiji) Chapter 3: I Believe You.. Someday...

Title: Forbidden Love
Rating: M! mulai chapter ini.. turun menjadi.. T !
Author: Alice Springfield // Yukiji Sakai // Echo Vii Springfield

"Besok, kalian berdua... Datang ke Ruang Rapat... Kalian harus kuberi hukuman.", Echo memutar badannya dan keluar dari kamar itu. Seketika ruangan itu hening.

“A..apa maksudnya….itu?”, Alice tercenggang setelah mendengar perkataan kakaknya itu. Ia gemetar. Entah, wajahnya terlihat pucat pasi. Pemuda bergelas blue shappire itu mendekati Alice dan memeluknya.

“Apapun yang terjadi… aku pasti akan melindungimu…”, kata Yukiji dengan nada datar. Ia memeluknya dengan erat dan mengelus rambut pirang milik gadis bergelas emerald green itu dengan pelan.

“Yukiji….”, Alice terdiam merenungi perkataan kakaknya. Ia merasakan belaian lembut di kepala mungilnya, dan kehangatan yang timbul karena pelukan yang diberikan Yukiji.

…”Tidurlah … Tenang saja, aku akan selalu berada disampingmu…”

.

.

Keesokan harinya…


Alice dan Yukiji berjalan menuju ruang yang dituju. Alice terus saja menghentak-hentakkan kakinya. Ia tidak takut lagi pada kakaknya Echo. Apapun hukumannya, akan dijalani meski ia harus mengorbankan nyawanya. Akhirnya, mereka sampai di ruangan itu. Dari ambang pintu, terlihat bayangan Echo yang sedang membelakangi mereka. Duduk menghadap jendela.

“Ah… Kalian sudah datang rupanya…” Echo memutar badannya, ia tersenyum dingin pada adiknya sendiri.

“Apa maumu mengajak kami kesini, berengsek?!” Alice geram dengan kakaknya, namun tangan Yukiji telah mencegat gerakan Alice.

“Hoo.. Kau mau mengamuk ya, adikku tersayang? Fufufufu… “ Echo malah terlihat senang dengan adiknya yang mulai marah padanya.

“Diam kau! Apa maumu! Cepat katakan!”

“Baiklah… Penjaga. “ Echo menjentikkan jarinya, dan tiba-tiba muncul dua orang penjaga di belakang kedua orang ini.

“Tangkap mereka… “ perintahnya dengan lantang. Alice dan Yukiji segera di kekang oleh penjaga-penjaga itu hingga akhirnya mereka tidak bisa bergerak.

“Alice! Ukh…” saking kuatnya kekangan itu, Yukiji menjadi kesakitan dan susah memberontak.

“Lepaskan aku! Dasar bodoh!” tanpa ragu-ragu, Alice menendang kedua penjaga tersebut. Namun saking kuatnya mereka, tendangan itu tak ada rasa sakit sedikitpun.

“Fu..fufufu… Itulah akibatnya karena telah membuatku marah… Wahai adikku tersayang…” Echo bangkit dari tempat duduknya dan mendekati Alice. Lalu dipegangnya dagu Alice.

“ Hukuman untuk kalian sudah kuputuskan… Tapi, karena kau adalah adik kesayanganku.. Maka, kau harus memilih salah satu…”

“Jangan sakiti Alice! Izinkan saya untuk menanggung hukuman dari anda…” kata Yukiji dengan nada meyakinkan. Ia tak main-main sekarang. Alice, dan Echo tercenggang mendengarnya. Echo segera tersenyum dan kembali ke mejanya.

“Yukiji! Apa kau sudah gila ya?! Hentikan itu bodoh ! Pikir dulu baik-baik ! Yukiji !!” sekeras apapun Alice berteriak, Yukiji sama sekali tak menghiraukannya. Echo benar-benar puas akan hal ini, ia mendekati Yukiji. Kemudian diangkat dagu pemuda itu.

“Fufufu.. Sekarang kau mau jadi pahlawankah? Sesuai permintaanmu… Kalau begitu, kau.. seret pemuda ini keluar dan ikat dia di tiang diluar sana. Cambuk dia tanpa ampun!” perintah Echo pada penjaga itu.

“Baik!” seorang penjaga yang tadi mengekang Yukiji segera melakukan perintahnya, Yukiji diseret-seret keluar ruangan oleh penjaga itu.

“Lepaskan dia!!” Alice berusaha melepas kekangannya. Tapi ia kehabisan tenaga untuk melakukanya.

“Khu…huhuhuhu.. Selamat menikmati peristiwa ini, wahai.. adik kecilku… “ Echo menjambak rambut Alice dengan kuat, lalu melepasnya.

“Kau, bawa dia keluar juga… Ayo, kita melihat penderitaan sang Pangeran… Fufufu…”

.

.

.

~:**********:~


Alice masih tetap dikekang oleh penjaga tersebut, sungguh malang nasibnya kalau ia diseret-seret. Echo berjalan didepan dengan tatapan senyum sadis nan dingin. Sesudah sampai disana, Alice dilepaskan kekangannya. Dan.. sungguh terkejut dirinya, wajahnya seketika pucat pasi. Pemuda yang ia sayangi itu, sekarang sedang diikat kedua tangannya dan dicambuki tubuhnya tanpa rasa ampun nan laknat itu. Pupilnya mengecil, ekspresi wajahnya amat shock, air mata mulai mengalir, membasahi wajahnya.
“Yu….yukiji? Bo..hong… itu…pasti… bukan Yukiji…”

Dari kejauhan Alice dapat mendengar suara teriakan kesakitan karena dicambuk seperti itu. Ia melihat sesosok laki-laki dicambuki tanpa ampun, dengan luka memar di sekujur tubuh lelaki itu, berkeringat, menahan rasa sakit yang dideritanya. Tak salah lagi, pemuda itu adalah Yukiji yang dicintainya.

“Tak…mungkin…” langkah kecilnya mulai berjalan mengarah Yukiji. Pemuda bergelas blue shappire itu melihat sekilas Alice berjalan kearahnya.

“Bodoh! Jangan kemari—AARRGH!!!” cambukkan itu terus menghantam tubuhnya yang kurus itu. Benar-benar menyakitkan.

“Kau, berhenti, dan lepaskan ikatan pemuda itu, SEKARANG…” Echo memberi perintah pada penjaga itu.

“Ta-tapi Nona…”

“Diam kau! Cepat laksanakan perintahku!!”

“Ba-baik!” sesuai perintah, penjaga itu berhenti mencambukinya. Yukiji tumbang disaat itu juga. Tubuhnya penuh luka. Alice segera berlari kearah Yukiji.

“Yukijii!!” suara nyaringnya terngiang ditelinga Yukiji samar-samar.

“A..li..ce…..” Yukiji berusaha bangun, namun tenaganya mulai benar-benar hilang. Nafasnya tersengal-senggal. Alice segera duduk dan memeluk Yukiji, airmatanya mulai menetes tak dapat dihentikan lagi.

“Maaf ya… Sepertinya… aku tak bisa terus berada disisimu…” dengan suara parau, Yukiji memegangi pipi Alice yang basah. Air mata Alice tak kunjung berhenti.

“Kumohon… jangan katakan hal itu…” Alice terus menangisi Yukiji yang ada di pangkuannya. Dengan tenaga terakhirnya, Yukiji mengelus kepala Alice dengan lembut.

“…Alice… berjanjilah padaku… Saat aku mati nanti.. Lupakanlah segalanya tentang aku.. Namaku, wajahku, suaraku, kenangan saat kita bersama… semuanya…”

“Tidak! Aku tak mau melakukan itu! Aku tak mau melupakanmu!”

“Alice… Bernajilah….” Yukiji menatap mata Alice dengan tatapan penuh arti.

“Yu…ki…ji…” Alice memanggil nama itu untuk terakhir kalinya, mungkin. Ia masih ingin melihat wajahnya lebih banyak, membuat kenangan bersamanya, menatap mata blue shappire-nya.. Takdir..berkata lain..

“Tidurlah dan lupakan semuanya…” Yukiji menutup matanya, dan menghembuskan nafas terakhirnya. Akankah ia pergi meninggalkan semua orang yang dicintainya? Siapa yang tahu…


----------------------TO BE CONTINUED----------------

0 komentar:

Posting Komentar