"Welcome to Hole of Nightmare, dear... Oh, you can't get out of this place, don't you? That's sounds great for me..."

Senin, 28 Desember 2009

"Forbidden Love" chapter 1: In The Night

Title: Forbidden Love
Rating: M! [tapi kalau ada anak-anak yang nekat membacanya, silahkan saja]
Author: Alice Springfield

Chapter 1: In The Night

Di malam yang sunyi, Alice terbangun dari mimpi buruknya. Ia tak bisa tidur lelap. Seperti ada yang mengganjal di dalam lubuk hatinya. Untuk menghibur dirinya sendiri, akhirnya ia memutuskan untuk keluar dari kamar dan berjalan-jalan sebentar. Dengan gaun tidur putih berhiaskan pita kecil dan renda di bagian bawahnya, dan sehelai selimut tipis yang ia sampirkan, perlahan Alice membuka pintu. Melihat ke arah kanan dan kiri. Tidak ada orang. Rupanya, muncul seorang laki-laki sebaya dengannya, memakai rompi berwarna coklat, berambut pirang sedang bersandar di dinding. Tak salah lagi, ia adalah Yukiji, sang servant.

”Nona sedang apa, keluar di tengah malam seperti ini ?”, tanya Yukiji sambil menunduk dan melipat kedua tangannya untuk mendekap dirinya sendiri.
“Ah, tidak… Aku hanya sedang.. tak bisa tidur.. Kau sendiri?”, tukas Alice dengan pelan. Ia padahal tidak ingin bertemu dengan siapa-siapa. Alice butuh waktu untuk sendiri.
“Oh…. Aku hanya jaga malam.. Kenapa tak bisa tidur ?”, Yukiji memegangi kepalanya dengan tangan kirinya. Sebenarnya ia sendiri sedang banyak pikiran, tapi ia mencari alasan agar tidak membuat Alice khawatir. Sebelum Alice menjawab, ia telah memotong terlebih dahulu.
“Ah, bagaimana kalau kutemani?”, akhirnya Yukiji mengangkat wajahnya dan tersenyum ramah. Bola mata Blue Shappire turut member tatapan pada mata Green Emerald milik Alice.
“Tenang saja, aku tak akan berbuat yang tidak-tidak..”, ia tetawa kecil melihat Alice yang sempat tercenggang mendengar gagasan yang keluar dari mulutnya. Setelah dipikir-pikir, tak ada salahnya minta ditemani.
“Baik, baik.. Nah, silahkan masuk..”, Alice mempersilahkan Yukiji masuk ke dalam kamarnya yang luas. Disana terdapat balkon, jadi cahaya sinar rembulan dapat masuk menyinari kamar tersebut. Yukiji memasuki ruangan sambil memasukkan tangannya kedalam saku celana. Setelah itu, Alice menutup pintu dan ia berjalan menuju tempat tidur. Sesuai janjinya, Yukiji menemani Alice sampai ia tertidur. Maka, segera Alice membaringkan tubuhnya, dan Yukiji menyelimuti tubuh mungil Alice dengan selimut yang tersedia disana, lalu duduk di pinggir tempat tidur.
“Tuan Putri, saatnya kau tidur…”, katanya sambil mengecup dahi Alice dengan lembut. Sang Nona sempat-sempatnya memerah disaat seperti itu. Hatinya berdebar hebat, karena ia dicium oleh orang yang amat ia sukai itu. Yukiji tersenyum tipis lalu beranjak dari kasur. Melihat Yukiji akan pergi itu, Alice segera menarik lengan baju Yukiji kuat-kuat.
“Tunggu! Kau kan.. sudah berjanji untuk menemaniku…”, Alice menutupi wajahnya dengan selimut yang ia pakai. Kemudian ia menunjukkan wajah memelas. Karena Alice adalah Majikannya, mau tak mau Yukiji harus menuruti perkataan Nona-nya.
“Aku akan menemanimu.. Bagiku, kau adalah orang yang amat berharga dihatiku, Nona..”, Yukiji kembali duduk di pinggir tempat tidur. Alice memerah, ia segera duduk lalu menarik Yukiji ke tempat tidur. Dengan cepat, ia segera mencegat pria bermata blue shappire itu, kemudian merangkak keatasnya. Yukiji berusaha memberontak.
“Alice! Apa-apaan ini?!”, Yukiji masih berusaha memberontak. Tetapi Alice sudah mencegat kedua tangan Yukiji.
“Aku.. hanya ingin melakukannya denganmu..”, kata Alice sambil membisikkannya ditelinga Yukiji dengan lembut lalu menjilat dan menggigitnya perlahan. Yukiji memerah dan sayup-sayup, terdengar desahan Yukiji.
“He…henti..kan…ah….”, desahan Yukiji makin terdengar. Alice ingin berhenti, namun ia tak dapat berheni karena tidak bisa menahan rasa cintanya yang meluap ini. Karena merasa iba, ia berhenti melakukannya.
“Maaf… Aku kira… kau menyukainya…”, Alice bangkit dan ia pindah ke tempat semula, menunduk malu, dan menyesal. Yukiji terdiam, suasana menjadi hening. Rupanya Yukiji sedang membuka dasinya. Kedua orang ini sama-sama tak bergeming. Sedangkan Yukiji masih terus membuka kancing bajunya satu persatu. Ia tak lupa melepas rompi yang dikenakan olehnya.
“Kau… kenapa mau melakukan ini padaku?”, tanya Yukiji tanpa menoleh sedikitpun, wajahnya tertutup oleh poninya yang jatuh karena ia sedang menunduk.
“…………eerr….. karena… aku… menyukaimu….”, Alice benar-benar berdebar hebat. Dibalik wajahnya yang tertutup oleh rambut poninya, Yukiji tersenyum. Ia agak tersipu-sipu.
“Aku tahu… mungkin ini akan terdengar bodoh di mata orang-orang…tapi…”, Alice menunduk. Sebelum ia menyelesaikan kalimatnya, Yukiji sudah tertawa duluan dan memotong kembali pembicaraan Alice.
“Hmph.. Ahahahahaha… Tak mungkin kalau pelayan sepertiku dicintai olehmu… Lagipula…”, mendengar alasan seperti itu, Alice menjadi marah.
“Hentikan! Aku tak peduli perbedaan derajat kita…”, ia segera menutup kedua telinganya, bicaranya mulai terbata-bata. Sayup-sayup, isak tangis terdengar.
“Masa bodoh apa yang dikatakan orang-orang… apa kau menganggap cintaku padamu ini hanya main-main?! Apa cinta ini hanya bohong belaka?!”, Alice mulai menangis, tangisannya tak dapat berhenti lagi.
“Aku ingin…. Aku ingin mencintaimu apa adanya!!”, mendengar kalimat itu, Yukiji tak dapat berkata apa-apa lagi. Ia menatap Alice yang tersedu-sedu. Mata blue shappire milik Yukiji terlihat menyesal. Dengan lembut, Yukiji memeluknya dengan erat.
“Maaf… aku tak bermaksud untuk menyakiti hatimu… Aku juga mencintaimu sepenuh hati… Sungguh..“, katanya dengan lembut. Kemudian ia menyeka airmata Alice. Tangisan Alice mulai terhenti, dan ia kemudian mengecup dahi Alice dengan lembut.
“Yu…yukiji…”, Alice menatap mata blue shappire Yukiji dengan penuh arti. Perlahan wajahnya mulai mendekat. Tangan kirinya memegangi pipi Yukiji. Lalu mereka melakukan frenchkiss, Yukiji membuka sedikit mulutnya agar Alice dapat memanjangkan lidahnya dan mereka dapat melumat satu sama lain. Mereka amat menikmatinya. Air liur mereka saling menetes, dan menyatu. Ciuman ini berlangsung lama. Akhirnya ciuman ini terhenti, sambil terengah-engah.
“Kau mau melanjutkannya?”, Tanya Yukiji pada Alice yang memerah dan terlihat berkeringat itu. Yukiji langsung berada di atas Alice, dengan tangan yang menopang badannya.
“Kalau iya, aku tak akan ragu-ragu melakukannya untukmu…”, katanya sambil mengadah dagu Alice dan menatapnya dengan tatapan serius.

--------------TO BE CONTINUED----------------

0 komentar:

Posting Komentar